Optimis

Bisa membedakan antara pesimis dan optimis? Seorang sahabat memberikan ilustrasi yang mudah dipahami.

Seorang pengusaha sepatu memiliki 2 orang putra. Pengusaha ini berniat untuk undur diri dan menyerahkan kursi jabatannya ke salah satu putranya namun ia tidak ingin salah pilih oleh karena dikirimlah kedua putranya tersebut ke sebuah negeri antah berantah dengan tugas mensurvei Negara itu. Selang 2 hari putra tertua pulang dan menemui sang ayah “Percuma ayah melebarkan usaha ke Negara itu, setiap penduduk kota tidak bersepatu dan telanjang kaki. Bagaimana mungkin kita mejual sepatu?”
Tiga hari kemudian putra kedua pulang dan muka berseri ia memberi laporan kepada sang ayah “Hebat luar biasa, mereka (penduduk) belum menggunakan sepatu dan tak ada satu pun produsen sepatu di Negara itu, coba ayah bayangkan berapa juta sepatu yang kita bisa jual?”

Mudah bukan membedakan antara pesimis dan optimis?
Lalu Anda ada dimana? Sebagai putra pertama atau kedua.
Namun pertanyaan yang lebih penting adalah bagaimana kita mengaplikasi rasa optimis kita dalam kehidupan sehari? Apalagi ditambah dengan sinisme disekelilingi kita acap kali optimis harus menyerah dan berganti dengan pesimis.

Hal paling mudah untuk mengaplikasikan rasa optimis dan menjaga agar tetap terkobar dengan bergaul kepada orang optimis. Optimis, pesimis dan bahkan sinis layaknya penyakit yang dengan mudah menular kepada orang di sekitarnya. So daripada dapat penularan negatif mending mencari sumber optimis dan serap sebanyak-banyaknya.

Ini pilihan bung.
Menjadi pesimis atau opitimis sepenuhnya kewenangan Anda namun patut untuk diingat tidak ada orang besar yang pesimis. Mereka yang optimis walaupun harus gagal dan mundur, mereka akan menganggap “mundur selangkah untuk maju dua langkah” akan mustahil melihat orang optimis untuk menjadi pesimis tapi wajar melihat orang pesimis menjadi optimis..